Hingga saat ini sejarah mencatat
bahwa kehidupan umat manusia tidak pernah sepi dari apa yang nama konflik, baik
itu berupa konflik antar pribadi, kelompok, suku, ras atau bangsa, yang
semuanya berakar pada ego yang dimiliki setiap manusia, yang kemudian melahirkan
kepentingan. Dengan menyadari hal itu, telah banyak pendahulu kita yang
melakukan Ijtihad dalam usaha menemukan cara untuk
menghilangkan atau setidaknya menghindarinya.
Dari usaha-usaha tersebut,
akhirnya muncullah konsep persaudaraan yang bermacam-macam. baik
pada tingkat lokal, regional, nasioanal dan internasional. Ide Nasionalisme kita- Indonesia- juga lahir dari usaha tersebut, lebih jelasnya ide kebangsaan kita ini merupakan evolusi dari ide Persaudaraan Islam yang-oleh Soekarno-disebut sebagai Proto Nasionalisme. Begitu juga dengan ide keagamaan moderen yang mengusung ide persaudaraan pada tingkatan internasional, juga merupakan perwujudan dari usaha-usaha itu.
pada tingkat lokal, regional, nasioanal dan internasional. Ide Nasionalisme kita- Indonesia- juga lahir dari usaha tersebut, lebih jelasnya ide kebangsaan kita ini merupakan evolusi dari ide Persaudaraan Islam yang-oleh Soekarno-disebut sebagai Proto Nasionalisme. Begitu juga dengan ide keagamaan moderen yang mengusung ide persaudaraan pada tingkatan internasional, juga merupakan perwujudan dari usaha-usaha itu.
Namun seperti yang kita tahu,
semua usaha diatas belumlah berhasil mewujudkan perdamaian global yang menjadi
tujuan utamanya. Karena secara defacto manusia
terdiri dari berbagai macam suku, bangsa dan ras yang memiliki perbedaan antara
satu dan lainnya. Namun sebenarnya manusia-antara satu dan lainnya-adalah
bersaudara. Karena Pada
dasarnya semua Manusia di dunia ini berasal dari satu garis keturunan yang
berujung pada satu nenek moyang, yaitu sepasang manusia pertama; Adam dan Hawa.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu populasi manusia semakin bertambah, dan
menyebabkan daerah asal yang mereka tempati menjadi penuh. Sehingga mau atau
tidak mereka harus mencari daerah baru yang sekiranya lebih kondusif untuk
dijadikan sebagai tempat tinggal. sehingga pada akhirnya manusia menyebar ke
seluruh penjuru planet bumi dan menjadi kelompok, suku, bangsa dan bahkan ras
yang berbeda dari pendahulunya.
Maka dari uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa secara dejure semua manusia berada
dalam satu ikatan persaudaraan dan satu keluarga; keluarga keturunan Adam dan
Hawa. Setidaknya seperti itulah ide
persaudaraan yang lahir dari
budaya sepiritual semit, Piliph K Hitti dalam bukunya History of the Arab
menyebutnya sebagai Spirutual Semitik. Kemudian Ide itu diwarisi oleh tiga agama terbesar di dunia saat ini; Yahudi, Islam dan Kristen. Begitu juga dengan agama-agama besar yang lain, mereka
juga mengajarkan nilai-nilai persaudaraan kepada para pemeluknya. Namun,
dikarenakan banyak manusia yang telah melupakan nilai-nilai tersebut, akhirnya
mereka kembali terjebak pada konflik antar sesama.
Berdasarkan realitas di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi akar dari konflik dewasa ini adalah rendahnya tingkat rasa persaudaraan
antar sesama. Dari itu diperlukan adanya usaha yang lebih intens untuk
menanamkannya pada generasi muda yang merupakan generasi pemilik masa depan dan
yang terpenting usaha tersebut haruslah kita mulai dari diri sendiri. Karena,
untuk mewujudkan sebuah perubahan, haruslah kita mulai dari kelompok sendiri,
suku senidiri, bangsa sendiri yang semuanya berawal dari diri sendiri; ibda' binafsika (mulailah dari dirimu sendiri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar