Pendahuluan
Membicarakan dua kontinum yan
berbeda dari dua sisi yang berbeda pula bukanlah perkara yang sederhana.
Pertama, ilmu-ilmu social merupakan suatu kontinum yang berkembang dari trdisi
positivisme, empirisisme dan rasionalisme. Pandagan-pandangan ini berakar dari
filsafat materialisme dan naturalisme. Inti pandangan positivisme adalah bahwa
sains hanya berurusan dengan gejala-gejala atau pengalaman yang dapat diamati
(Raharjo dalam Abdullah & Karim, 1989). Sebaliknya, agama merupakan
fenomena yang dipandang sebagai system ilahiah (divine system), yang
menurut Durkheim dibagi dalam keyakinan (beliefs) dan pengamalan (practices).
Kedua, meskipun setiap penelitian
mensyaratkan adanya metode yang ketat, yang secara disiplin berpegang teguh
pada aturan-aturan tertentu agar mencapai hasil yang
obyektif, kemudian membatasi kekeliruan atas kesalahan dalam megumpulkan data, dan adanya keharusan mempublikasikan hasil penelitian untuk diuji (Ary, Jacobs & Razavivieh, 1985; Nasution, 1988). Namun demikian, pendekatan kuantitatif denagn kualitatif merupakan pendekatan yang berbeda (Bogdan & Taylor, 1975; Patton, 1980). Perbedaan yang mendasar di antara keduanya terdapat pada paradigama yang digunakan (Patton, 1980).
obyektif, kemudian membatasi kekeliruan atas kesalahan dalam megumpulkan data, dan adanya keharusan mempublikasikan hasil penelitian untuk diuji (Ary, Jacobs & Razavivieh, 1985; Nasution, 1988). Namun demikian, pendekatan kuantitatif denagn kualitatif merupakan pendekatan yang berbeda (Bogdan & Taylor, 1975; Patton, 1980). Perbedaan yang mendasar di antara keduanya terdapat pada paradigama yang digunakan (Patton, 1980).
Paradigma menurut Paton (1980)
merupakan suatu pandangan, suatu perspektif umum atau cara untuk
memisah-misahkan dunia nyata yang kompleks, kemudian memberikan arti dan
penafsiran. Pengertian ini menunjukkan bahwa paradigma bukan hanya sekedar
orientasi metodologi melainkan juga membicarakan perspektif, asumsi yang
mendasari, generalisasi-generalisasi, nilai, keyakinan, atau suatu "disciplinary
matrix" yang kompleks (Khun dikutip Soegiyanto, 1989).
Menurut Soegiyanto (1989)perbedaan
antara paradigma kuantitatif denga kualitatif dapat dilihat pada argumentasi
klasik dalam filsafat realismedan idealisme. Pertnayaan dipusatkan pada
hubungan antara dunia luar dengan proses mengetahui.
Jika perkembangan sains pada abad 15
dan 16 didasarkan pada aliran realisme atau logico-positivism, maka pada
abad 18 dan 19 terjadi perubahan social yang mempertanyakan logika dan metode
sains untuk memahami manusia dan dunianya.pertentangan dalam dasar filsafat
tentang sifat kehidupan social inilah yang sesungguhnya membedakan paradigma
kuantitatif dengan kualitatif. Paradigma kuantitatif dalam memandang kehidupan
social memprgunakan asumsi-asumsi mekanistik dan statistic dari aliran
positivisme ilmu kealaman sebagaimana dikemukakan oleh Sjoberg dan Nett (1966)
didasarkan pada asumsi bahwa: (1) ilmuan memperoeh ilmu pengetahuan obyektif
tentang dunia fisik maupun social secara otomatik; (2) ilmua lam maupun social
dasar metodologisnya sama buakn karena persamaan factor subyek melainkan keduanya
mempertguanakan logka penyelidikan yan sama dan prosedur penelitian yan sama
pula; (3) baha susunan alam dan social bersifat mekanistik.
Sedankan paradigma kualitatif
mencanangkan pendekatan humanistic untuk memahami realitas social para idealis.
Kehidupan social dipandang sebagai kreativitas bersama individu-individu. Kemudian,
dunia social daingap tidaklah statis tetapi dinamis (Popper, 1980). Paradigma
kualitatif mengasumsikan bahwa realitas itu bersifat ganda dan kompleks, satu
sama lainnya saling berkait sehinga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat
holistic (Patton, 1980).
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pendekatan kualiatif dan kuantitatif bukan hany sekedar
dibedakan dalam cara pengumpulan dan pengolahan datanya, malinkan keduanya
berbeda secara konseptual dalam "melihat dunia". Paradikma
kuantitatif melihat dunia sebagai suatu kebulatan (holistik). Artinya,
pendekatan kuantitatif berasumsi dengan mengamati perilaku tampak (surface
behavior) dan ucapan untuk mengambarkan manusia dan dunianya, sedangkan
kualitatif berasumsi bahwa pemahaman tingkah laku manusia tidak cukup hanya
dengan surface behavior, melainkan
juuga prespektif dalam diri dari perilaku manusia untuk memperoleh
gambaran utuh tentang manusia dan dunianya.
Ringkasnya, paradigma kuantitatif
bercirikan: (1) positvistik; (2) hipotetik deduktif; (3) surface behavior;
dan (4) partikularistik. Sedangkan paradigma kualitatif bercirikan : (1)
fenomenologi; (2) induktif; (3) inner behavior; dan (4) holistik.
Perkembangan
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Pada abad ke-17 orang masih
berpandangan bahwa apa yang terjadi bersifat alamiyah. Masa itu disebut sebagai
masa pra-positivisme. Pada abad ke-18 dengan ditandai oleh David Hume
(sekitar 1770) yang berpandangan bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan
perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, sehingga
timbul metode ilmiyah yang selanjutnya ditemukan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip umum tentang dunia nyata baik dalam ilmu alam maupun dalam ilmu
sosial. masa itu disebut sebagai masa positifisme. Menurut padangan ini
realitas dapat dipecah menjadi bagian-bagian. Hukum yang berlaku bagi bagian
kecil juga berlaku bagi keseluruhan.
Nasution (1988) memberikan ciri-ciri
pandangan positifisme, antara lain: (1) logika eksperimen dengan memanipulasi
variabel yang dapat diukur secara kuantitatif akan dapat dicari hubungan
diantara berbagai variabel; (2) mencari hukum universal yang dapat mengikuti
semua kasus walaupun dengan pengolahan statisktik dicapai tingkat probabilitas
dengan mementingkan sampling untuk mencari generalisasi; (3) netralitas
pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan
instrument yang valid dan reliabel.
Pandangan positifisme ini dalam bidang penelitian dikenal sebagai
pandangan kuantitatif (Nasution, 1988; Faisal, 1990). Dalam bidang penelitian,
pendekatan pada mulanya didominasi oleh pendekatan kuantitaif sebagai warisan
kerangka yang melahirkan teori-teori agung (grand theories) pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pendekatan kuantitatif dianggap sebagai metode
yang memenuhi syarat keilmiyahan baik dalam penelitian ilmu alam maupun ilmu
sosial (Nasution, 1988).
Sekitar tahun 1950-an dan 1960-an beberapa pakar penelitian mulai
meragukan pendekatan positifisme dalam penelitian ilmu sosial (Kartodirdjo,
1990), seperti kritik Cherns (1972) yang menyatakan bahwa data statistic hanya
dapat mendeskripsikan fenomena yang telah diakui. Tetapi statistic tidak dapat
membuat prediksi fenomena baru atau fenomena yang sedang berubah. Rich (1979)
juga mengkritik pandangan positifisme yang menyatakan bahwa penelitian dan
hasil penelitian bebas dari sistem nilai-nilai atau bias, bebas dari pengaruh
orang yang mengamatinya.
Gerakan yang mengkritik pendekatan positifisme ini disebut sebagai post-positifisme.
Oleh karena penelitian ini dilakukan dalam situasi wajar atau dalam latar alami
(natural setting) maka metodenya disebut metode naturalistic. Disamping
itu, metode ini dalam pengumpulan datanya bersifat kualitatif sehingga disebut
pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.
Perbandingan
Antara Pendekatan Kuantitatif Dengan Kualitatif
Burges (1985) menyarankan untuk
tidak mempertentangkan secara tajam pendekatan kuantitatif dengan kualitatif walaupun
banyak perbedaannya. Untuk mengetahui frekuensi distribusi atau korelasi yang
relefan adalah pendekatan kuantitaif, sedangkan untuk masalah sosial tertentu
sering kali metode kualitatif lebih serasi.
Berdasarkan pemeikiran diatas, bagi peneliti pemula dalam penelitian
kualitatif sangat perlu memiliki pemahaman dan studi banding antar pendekatan
kuantitaif dengan kualitatif.
(1) Nasution (1988) membandingkan
pendekatan kuantitaif dengan kualitatif
Positivisme / Kuantitatif
|
Post –Positifisme / Kualitatif
|
|
1. Mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam.
2. Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan
mencoba untuk memperoleh pemahaman yang holistic.
3. Memahami makna (Meaning) atau Verstehen.
4. Memandang hasil penelitian sebagai spekulatif
|
(2) Bogdan dan Biklen (1982), hal. 45 –
48), membandingkan karakteristik pendekatan kualitatif dengan kuantitatif
KARAKTERISTIK
PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
|
|
KUALITATIF
|
KUANTITATIF
|
Frase-frase
yang berkaitan dengan
pendekatan
-
etnografis - observasi terlibat
- kerja lapangan -
fenomenologis
- data
lunak - sekolah
-
interaksi simbolik - dokumenter
-
perspektif dalam - riwayat hidup
-
naturalistik - studi kasus
-
etnometodologis - ekologis
-
deskriptif
Konsep
kunci berkaitan dengan
pendekatan
- makna - pemahaman
-
pemahaman - proses
akal sehat - tatanan negosiasi
- menggolongkan - untuk maksud
- definisi
situasi - konstruksi sosial
-
kehidupan sehari
hari
|
Frase-frase
yang berkaitan dengan pendekatan
- Eksperimen - positivis
- data keras - fakta-fakta social
- perspektif luar - statistik
- empiris
Konsep kunci berkaitan dengan pendekatan
- variable - validitas
- mengoperasionalkan - signifikan
secara statistik
- reliabilitas - replikasi
- hipotesa
- data keras - fakta-fakta social-
|
Nama-nama
yang berkaitan dengan pendekatan
- Max
Weber - Herbert
Blumer
- Charles
Horton - W.I. Thomas
Cooley -
- Harold
Garfinkel - Erving Goffman
- Margaret
Meal - Harry Wolcott
- Anselm
Strauss - Rosalie Wax
- Eleanor
Leacock - George Herbert
Mead
- Howard
S. Becker - Barney Glaser
- Estelle
Fuchs - Hugh Mehan
|
Nama-nama
yang berkaitan dengan
Pendekatan
- Emile
Durkheim - Fred Kerlinger
- Lee
Cronbach - Edward Thomdike
- L.
Guttman - Fred Mc. Donald
- Gene
Glass - David Krathwohi
- Robert
Travers - Donald Campbell
- Robert
Bales - Peter Rossi
|
Afiliasi
teoritis
- interaksi
simbolik - kultur/kebudayaan
-
etnometodologos - idealisme
-
fenomenologis
|
Afiliasi
teoritis
- fungsionalisme - empirisme logis
struktur - teori sistem
-
realisme, positivisme
- behaviorisme
|
Afiliasi
akademis
- sosiologi - antropologi
-
historis
Tujuan
-
mengembangkan konsep sensitif
(sensitizing)
-
mendeskripsikan realitas yang banyak
segi
- teori
grounded
- mengembangkan
pemahaman
|
Afiliasi
akademis
-
psikologi - sosiologi
- ilmu
ekonomi - ilmu politik
Tujuan
-
menguji teori - menunjukkan
hubungan
antar
variabel
-
membentuk fakta - prediksi
-
deskripsi statistik
|
Disain
-
berkembang, - disain memberikan
lentur, firasat bagaimana
rampat (umum) Anda melangkah
|
Disain
- struktur, ditetapkan
- disain merupakan
terlebih dahulu, for rencana
kerja
mal spesifik yang rinci
|
Manulis
Proposal Penelitian
- singkat - Tinjauan pustaka
-
spekulatif yang
substantif
-
menunjukkan bidang tidak panjang
yang
relevan untuk lebar
di teliti
- sering
ditulis setelah
ada data terkumpul
|
Metode
Proposal Penelitian
- panjang lebar - memulai tinjauan
- fokus rinci & pustaka yang
spesifik substantif
- prosedur rinci & - prioritas
spesifik penulisan pada
pengumpulan
data
-hipotesa dinyatakan
|
Data
- deskriptif - kata-kata orang sendiri
- dokumen pribadi - dokumen resmi
dan
artifak
- catatan
lapangan - foto
|
Data
- kuantitatif - variable operasional
- koding
yang dapat - statistik
dikuantifikasi - bilangan, ukuran
|
Sampel
- kecil
- sampling teoritis
-
nonrepresentatif
|
Sampel
- besar - dipilih
secara
random
-
berstrata - kontrol untuk
variabel luar
- kelompok
kontrol - tepat/cermat
|
Teknik
atau metode
-
observasi
- tinjauan
berbagai dokumen
dan artifak
-
wawancara terbuka
-
observasi partisipasi
|
Teknik
atau metode
- eksperimen
- penelitian survey wawancara terstruktur
- kuasi
eksperimen
-
observasi terstruktur
- himpunan
data
|
Hubungan
peneliti dengan subyek
- empati,
akrab
- hubungan
rapat
-
menekankan kepercayaan subyek seba
gai sahabat
-
persamaan
|
Hubungan
peneliti dengan subyek
- ada
pembatasan
- jangka
pendek
- tidak
tinggal bersama
- ada
jarak
-
subyek-peneliti
|
Instrumen
dan alat
- tape
recorder
- peneliti
sering merupakan satu-satunya
instrumen
-
transkrip
|
Instrumen
dan alat
-
inventori - komputer
-
angket - skala
-
indeks - skor tes
|
Analisa
data
-
berkelanjutan -
induksi analitis
- model, tema, - metode komparatif
konsep konstan
- induktif
|
Analisa
data
- deduktif
- dikerjakan selesai pengumpulan data
- statistik
|
Masalah dalam penggunaan pendekatan
- memakan wakt - prosedur tidak baku
- sulit mereduksi data - sulit menstudi
populasi besar
|
Masalah dalam penggunaan pendekatan
- mengontrol -
sifat memaksa
variabel lain
- reifikasi
- validitas
|
(3) Guba dan Lincoln (1981, hal. 62 – 82) membandingkan
penelitian kualitatif dengan kuantitatif sebagai berikut:
Perbedaan Paradigma Ilmiyah dan
Alamiyah
POSTER TENTANG
|
PARADIGMA
|
|
SAINTIFIK
|
NATURALISTIK
|
|
1. Teknik yang digunakan
2. Kriteria kualitas
3. Sumber teori
4. Persoalan kausalitas
5. Tipe pengetahuan yang di
gunakan
6. Pendirian
7. Maksud
|
Kuantitatif
Ketat (Rigor)
A Priori
Dapatkah X Menyebabkan Y
Proporsional
Reduksionis
Verifikasi
|
Kualitatif
Relevansi
Dari dasar
(grounded)
Apakah X
menyebabkan Y dalam latar alamiah
Proposional
yang diketahui bersama
Ekspansionis
Eksplansionis
|
KARAKTERISTIK METODOLOGIS
|
||
1. Instrumen
2. Waktu penetapan pengum
pulan data & analisis
3. Disain
4.
5. Latar
6.
Perlakuan
7. Satuan
kajian
8. Unsur
kontekstual
|
Kertas-pensil atau alat fisik
lainnya
Sebelum penelitian
Pasti (preordinat)
Intervensi
Laboratorium
Stabil
Variabel
Kontrol
|
Orang
sebagi peneliti
Selama dan sesudah pengumpulan data
Muncul berubah
Seleksi
Alam
Bervariasi
Pola-pola
Turut campur atas undangan
|
(4) Fry (1981, hal. 145 – 158)
membandingkan antara paradigma kuantitatif
dengan kualitatif :
Perbandingan Paradigma Kuantitatif
dan Kualitatif
Paradigma Kualitatif
|
Paradigma Kuantitatif
|
Menganjurkan penggunaan metode kualitatif
Fenomenologisme dan verstehen dikaitkan dengan
pemahaman perilaku manusia dari frame of reference actor itu sendiri
Observasi
tidak terkontrol dan naturalistik
Subyektif
Dekat
dengan data; merupakan perspektif
"insider"
Grounded, orientasi diskoveri, eksplorasi,
ekspansionis, deskriptif dan induktif
Orientasi proses
Valid: data "real," "rich"
dan "deep"
Tidak dapat digeneralisasi; studi kasus tunggal
Holistik
Asumsi
realitas dinamik
|
menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
logika-positivisme; "melihat fakta atau kausal fenomena sosial
dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu
pengukuran terkontrol dan menonjol
Obyektif
Jauh dari data; data merupuakan perspektif
"outsider"
Tidak grounded, orientasi,
verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan deduktif-hipotetik
Orientasi hasil
Reliabel:data dapat
direplikasi dan "hard"
Dapat digeneralisasi:
studi multi kasus
Partikularistik
Asumsi realitas stabil
|
Perbandingan konsep keempat
tokoh di atas merupakan suatu indikasi bahwa kedua pendekatan kualitatif dan
kuantitatif berbeda, baik dalam pandangan dasar keilmuannya maupun dalam
teknik-teknik yang digunakan. Kubu kualitatif melihat bahwa penelitian
kuantitatif bersifat tohor, cetek dan kurang validitasnya. Sementara kubu
kuantitatif melihat penelitian kualitatif tidak representatif, impresionistik,
tidak reliabel dan subyektif.
Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sosial
dan Keagamaan
A. Pendekatan
Kualitatif dalam Ilmu Sosial
Mekipun pendekatan ilmu alam dengan ilmu sosial meiliki sifat yang umum,
sistematik dan memiliki dalil tertentu tentang hubungan manusia, tetapi dalam beberapa
hal pendekatan ilmu sosial tidaklah sama dengan pendekatan ilmu alam. Ilmu alam
lebih tua, mantap, cukup trampil dan mempunyai unit pengukur yang sempurna
dibandingkan dengna ilmu sosial. Masalah ilmu sosial dalam penelitian adalah
tidak mungkinnya melakukan eksperimentasi yang jelas terhadap fenomena-fenomena
sosial, dengan melakukan replikasi dan kontrol yang tepat. Kesulitan lain,
peneliti sosial kurang mampu memprediksi dalam membuat ramalan terhadap masalah
sosial.
Perbedaan antara ilmu alam dan ilmu
sosial, menurut Kartodirdjo (1993) juga terjadi dalam ilmu kemanusiaan
(humaniora). Sekitar abad ke-19 di Jerman, timbul golongan neo-Kantianis yan
dipelopori oleh Rickert, Windelband dan Dilthey. Mereka berpendapat bahwa ilmu
alam dengan ilmu kemanusiaan berdiri sendiri-sendiri, yang digambarkan dalam
skema beriku:
Ilmu Alam
|
Ilmu Kemanusiaan
|
1. nomothetis
2. generalisasi
3. deskriptif-analitis
4. eksplanasi
5. kuantitatif
6. obyektif
|
1. ideografis
2. keunikan
3. deskriptif-naratif
4. interpretasi
5. kualitatif
6. subyektif
|
Antara ilmu humaniora (subyektif)
dan ilmu alam (obyektif), kedudukan ilmu sosial mengambil tempat di tengahnya.
Kartodirdjo (1993) melihat ada kecenderungan ilmu sosial dalam mengkaji
tindakan (action) dan kelakuan (behavior) menunjukkan
keteraturan, keajekan, sehingga mengamati pola, struktur, lembaga,
kecenderungan mirip dengan hukum-hukum. Miles dan Huberman (1984) mengakui
bahwa penelitian ilmu-ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu alam, sehingga metode
kuantitatif dianggap sebagai yan paling tepat, tetapi mereka juga menegaskan
bahwa data kualitatif telah berkembang dan menjadi bahan utama dalam ilmu
sosial tertentu, seperti antropologi, sejarah dan ilmu politik, karena datanya
merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka.
Penelitian kaulitatif sendiri
mempunyai pengaruh besar dalma penelitian sosiologi dan antropologi sejak
dikembangkan jenis penelitian grounded (grounded research) di Amerika
Serikat oleh Glaser dan Strauss (1967). Beberapa pakar ilmu sosial dan humaniora
yang mengembangkan pendekatan kualitatif, di antaranya: (1) Denoon (1991) yang
mengembangkan metode oral history; (2) Bogdan dan Taylor (1973) tentang
strategi ilmu sosial; (3) Sherman dan Webb (1988) tentang strategi kualitatif
dalam penelitian pendidikan; (4) Spradley (1980) dalam antropologi dan sosial;
(5) Kuntjoroningrat (1977) dalam antropologi.
Pendekatan
Kualitatif dalam Keagamaan
Adanya pengelompokkan dalam
ilmu-ilmu agama (Islam) mengindikasikan bahwa kompleksitas permasalahan agama
demikian rumitnya dan terinci, sehingga menjadi salah satu penyebab
kekurangmantapan dalam penelitian, dibandingkan dengan penelitian ilmu-ilmu
alam. Tim Studi Purna Sarjana IAIN (1975-1976) merumuskan subject matter
penelitian agama yang terdiri dari: (1) pokok-pokok ajaran agama atau wahyu;
(2) hasil-hasil pemikiran filosofis dalam agama, hasil-hasil ijtihad; (3)
tingkah laku keagamaan umat beragama; dan (4) sosial budaya yang mempengaruhi
perkembangan pemikiran kehidupan agama. Selanjutnay Abdullah (dalam Abdullah
& Karim, 1989) menawarka subject matter dan metodenya sebagai
berikut: (1) doktrin dan pemikiran agama dengan metode filologi, kritik teks,
ilmu filsafat dan sejarah; (2) struktur dan dinamika masyarakat yang
"dibentuk" oleh agama dengan metode ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
antropologi dan sejarah) yang lebih bersifat kualitatif; dan (3) sikap pemeluk
terhadap agamanya dengan metode kualitatif atau kuantitatif, atau dua-duanya
secara bersamaan.
Rumitnya penelitian agama dan
tawaran metodologisnya yang dmikian kompleks disebabkan agama merupakan nilai insaniyah
(hasil budaya manusia) dan nilai ilahiyah (wahyu Allah). Dengan kata
lain, metodologi penelitian agama dibagi pada kawasa aqli (produk budaya
manusia) da kawasan naqli (wahyu Allah). Sedangkan Durkheim dan
pengikutnya membagi kajian agama antara keyakinan dan pengamalan (beliefs and
practices).
Selanjutnya Rakhmat (dalam Abdullah
& Karim, 1989) mengembangkan penelitian agama dengan tiga paradigma:
ilmiah, akliah/logika dan irfaniah (mistikal).
Bidang
kajian
|
Ajaran
|
Dimensi
keagamaan
|
||||
Paradigma
|
Ideologis
|
Intelektual
|
Eksperensial
|
Ritualistik
|
Konsekuensial
|
|
Ilmiah
Akliah
Irfaniah
|
X
X
X
|
X
X
X
|
X
X
X
|
X
X
X
|
X
X
X |
X
X X |
Metode ilmiah dan akliah dapat
didekati dengan metode positivistik atau naturalistik, sedangkan metode
irfaniah didekai dengan metode tasawuf melalui Takhliah, Tahliah, Tajliah,
Riyadhoh, Thariqoh dan Ijazah. Karena metode irfaniah mengkaji aspek esoteric
(batiniah), maka Rakhmat tidak menjamin keilmiahan dari kajian ini. Namun
demikian, Simuh (dikutip Amin, 1992) menawarkan pendekatan verstehen dan
fenomenologi dalam kajian ilmu tasawuf atau model irfaniahnya Rakhmat.
Penelitian keagamaan dengan
pendekatan kualitatif dapat dikaji lewat tulisan Muhadjir (1988) yang memilah
studi agama dalam tiga pendekatan, yaitu: pendekatan teologik, antropologik dan
fenomenologi. Pendekatan teologik dalam kajian agama bertolak dari wahyu
sebagai kebenaran mutlak (doktrin, criteria kebenaran, postulat, aksioma dan
premis mayor) dalam menguji kebenaran sejumlah empirik. Pendekatan antropologik
mendudukan agama sebagai gejala sosial dan psikologis di mana pendekatan
antropologik itu mengakui empat kebenaran empirik, yaitu: empirik sensual
(melalui indra dalam menangkap gejala), empirik logik (ketajam pikiran),
empirik etik (akal pikiran dan hati nurani) dan empirik transendental (hati
nurani dan keimanan).
Kajian metodologi penelitian
keagamaan ternyata masih memerlukan pemikiran serius untuk dapat eksis sebagai
metodologi baku ,
utamannya dengan tawaran pendekatan kualitatif. Penelian kualitatif yang sudah
dilakukan oleh para ahli dalam bidang keagamaan di antarannya: (1) Geertz (1960),
dalam Religion of Java; (2) Dhofier (1982) tentang pandangan hidup Kyai;
(3) Van Bruinessen (1983) tentang pendidikan pondok pesantren dan tarekat
Naqsyabandiyah; (4) Horikoshi (1985) tentang perubahan sosial keagamaan.
KEPUSTAKAAN
Abdullah,
T. & Karim, M.R. (ed) (1989), Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta :
Tiara Wacana Yogya
Ali,
A.M, (1990), Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Abdullah, T., &
Karim, M.R. Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 41-57
Amin,
M.M, (1992) Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengatahuan Agama Islam, Jurnal
Penelitian Agama, No. 2, September-Desember, Yogyakarta: Balai Penelitian P3M
IAIN Sunan Kalijogo, 28-33
Aminuddin,
(ed) (1990) Penelitia Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra, Malang :
HISKI dan YA3
Arifin,
I. (1993) kepemimpinan Kyai: Kasus Pesantren Tebuireng , Malang : Kalimasahada Press
---------
, (1993) Dabus: Ilmu Kekebalan dan Kesaktian dalam Tarekat Rifa`iyah: Kasus
Pesantren Nurul Haq. Malang :
Kalimasahada Press
---------,
(1994) Mengkomunikasikan Penelitian Melalui Penyusunan Usulan Penelitian,
Laporan Penelitian dan Karya Ilmiah. Makalah Diklat Penelitian dan Karya
Tulis Ilmiah.9-10 Juli 1994. Malang :
Senat Mahasiswa Fakultas Teknis Unisma
Black,
J.A., & Champion, D.J. (1992) Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Eresco
Bogdan,R.C.,
& Biklen, S.K. (1982) Qualitative Research for Education: an
Introduction to Theory and Method. Boston :
Allyin an Bacon, Inc
Bogdan,
R.C., & Taylor ,
S.J. (1973) Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological
Approach to the Social Sciences. NewYork: John Wiley & Sons
Burgess,
R.G. (1985) Strategies Educational Research Qualitative Methods. London : The Falmer Press
Danandjaja,
J. (1985) Petani Desa Trunyan- Bali . Jakarta : LP3ES
---------, (1986) Foklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng dan
Lain-lain. Jakarta :
Grafiti Prss
Denzin,
N.K., & Lincoln ,
Y.S. (ed). (1994) Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks , California :
SAGE Publication, Inc
Douglas,
J.D. (1976) Investigative Social Research. Baverly Hill: SAGE
Publication, Inc
Fry, G.
(1981) Merging Quantitative and Qualitative Research Techniques.
Antropology & Education Quarterly. No. 2, 145-158
Geertz,
C. (1960) The Religion of Java. Glencoe: The Free Press
Guba,
E.G. (1978) Toward and Methodology of Naturalistic Inquiry in
EducationEvaluation. Monograp No. 8 Los
Angeles : CSE, UCLA
Jakti,
D.K. (1986) Kemiskinan di Indonesia, Jakarta :
Yayasan obor Indonesia .
Kartodirdjo,
S. (1990) Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial. MAkalah Seminar
Nasional Penelitian Kualitatif Ilmu Humaniora dan sosial, 28-29 Desember 1990. Surakarta : UNS
Koentjaraningrat,
(1989) Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia
------------, (1980) Metode Wawancara, Jakarta : Gramedia
Lewis,
O.(1959) Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty, New York : Basic Books,
Inc
Lucas,
A.E. (1989) Peristiwa tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi. Jakarta Grafiti Press
Mantja,
W. (1990) Supervisi Pengajaran: Kasus Pembinaan Profesionalguru SDN Budaya
Etnik Madura di Kraton. Disertasi tidak dipublikasikan Malang : FPS IKIP Malang
Miles,
M.B., & Huberman, A.M. (1984) Qualitative Data Analysis. Beverly
Hill: SAGE Publication, Ltd
Moleong,
L. J. (1989) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remadja Karya
Muhadjir,
N. (1989) Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
Rake Sarasin
Murray,
A. J. (1991) No Money, No Honey: A Study of Street Traders and Prostitutes
in Jakarta . Singapore :
Oxoford University Press, Pte. Ltd
Nagazumi,
A. (1986) Indonesia
dalam Kajian Sarjana Jepang. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Nasution,
S. (1989) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito
Noer, D.
(1982) Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES
Patton,
M.Q. (1980) Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hill: SAGE
Publication, Inc
Rakhmat,
J. (1989) Metodologi Penelitian-Agama. Dalam Abullah, T., & Karim,
M.R. Metodology Penelitian Agama. Yogyakarta :
Tiara Wacana 91-96
Rist,
R.C. (1977) On the Relation among Educational Research Paradigmas: From
Disdain to Détente. Antroplogy & Education Quarterly, No. 8 42-49
Shaeffer,
S.F. (1979) Schooling in a Developing Society: a Case Study of Indonesian
Primary Education. Dissertationof
Stanford University
Soegianto,
S. (1989) Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Makalah Penataran
Penelitian Dosen IKIP Surabaya .
Surabaya : Pusat Penelitian IKIP Surabaya
Sonhadji,
K.H. (1994) Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Makalah Loka Karya
Penelitian Ilmiah Mahasiswa Ikaha Tebuireng. 25 Mei-11 Juni 1994, Jombang:
Senat Mahasiswa Ikaha Tebuireng
Spradley,
J.P.(1980) Participant Observation. New York : Holt, Rnehart and Winston
Sumardi,
M.(1982) Penelitian Agama: Masalah dan Pemikiran Agama. Jakarta : Sinar Harapan
Sunyoto,
A., & Arifin., I (1996) Darul Arqam: Gerakan Mesianik Bangsa Melayu.
Malang :
Kalimasahada Press
Sunyoto,
A., MAksum & Zainuddin (1990) Pemberontakan PKI Madiun 1948, Jakarta : Grafiti Press
Sutopo,
H.B (1990) Kritik Seni Sebagai Pendekatan Penelitian Kualitatif. Makalah
Seminar Nasional Penelitian Kualitatif Ilmu Humaniora dan Ilmu Sosial, 28-29
Desember 1990. Surakarta :
UNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar