Minggu, 01 Januari 2012

PERBEDAAN PENDEKATAN KUANTITATIF DENGAN KUALITATTIF DALAM ILMU SOSIAL DAN KEAGAMAAN


Pendahuluan
            Membicarakan dua kontinum yan berbeda dari dua sisi yang berbeda pula bukanlah perkara yang sederhana. Pertama, ilmu-ilmu social merupakan suatu kontinum yang berkembang dari trdisi positivisme, empirisisme dan rasionalisme. Pandagan-pandangan ini berakar dari filsafat materialisme dan naturalisme. Inti pandangan positivisme adalah bahwa sains hanya berurusan dengan gejala-gejala atau pengalaman yang dapat diamati (Raharjo dalam Abdullah & Karim, 1989). Sebaliknya, agama merupakan fenomena yang dipandang sebagai system ilahiah (divine system), yang menurut Durkheim dibagi dalam keyakinan (beliefs) dan pengamalan (practices).
            Kedua, meskipun setiap penelitian mensyaratkan adanya metode yang ketat, yang secara disiplin berpegang teguh pada aturan-aturan tertentu agar mencapai hasil yang
obyektif, kemudian membatasi kekeliruan atas kesalahan dalam megumpulkan data, dan adanya keharusan mempublikasikan hasil penelitian untuk diuji (Ary, Jacobs & Razavivieh, 1985; Nasution, 1988). Namun demikian, pendekatan kuantitatif denagn kualitatif merupakan pendekatan yang berbeda (Bogdan & Taylor, 1975; Patton, 1980). Perbedaan yang mendasar di antara keduanya terdapat pada paradigama yang digunakan (Patton, 1980).
            Paradigma menurut Paton (1980) merupakan suatu pandangan, suatu perspektif umum atau cara untuk memisah-misahkan dunia nyata yang kompleks, kemudian memberikan arti dan penafsiran. Pengertian ini menunjukkan bahwa paradigma bukan hanya sekedar orientasi metodologi melainkan juga membicarakan perspektif, asumsi yang mendasari, generalisasi-generalisasi, nilai, keyakinan, atau suatu "disciplinary matrix" yang kompleks (Khun dikutip Soegiyanto, 1989).
            Menurut Soegiyanto (1989)perbedaan antara paradigma kuantitatif denga kualitatif dapat dilihat pada argumentasi klasik dalam filsafat realismedan idealisme. Pertnayaan dipusatkan pada hubungan antara dunia luar dengan proses mengetahui.
            Jika perkembangan sains pada abad 15 dan 16 didasarkan pada aliran realisme atau logico-positivism, maka pada abad 18 dan 19 terjadi perubahan social yang mempertanyakan logika dan metode sains untuk memahami manusia dan dunianya.pertentangan dalam dasar filsafat tentang sifat kehidupan social inilah yang sesungguhnya membedakan paradigma kuantitatif dengan kualitatif. Paradigma kuantitatif dalam memandang kehidupan social memprgunakan asumsi-asumsi mekanistik dan statistic dari aliran positivisme ilmu kealaman sebagaimana dikemukakan oleh Sjoberg dan Nett (1966) didasarkan pada asumsi bahwa: (1) ilmuan memperoeh ilmu pengetahuan obyektif tentang dunia fisik maupun social secara otomatik; (2) ilmua lam maupun social dasar metodologisnya sama buakn karena persamaan factor subyek melainkan keduanya mempertguanakan logka penyelidikan yan sama dan prosedur penelitian yan sama pula; (3) baha susunan alam dan social bersifat mekanistik.
            Sedankan paradigma kualitatif mencanangkan pendekatan humanistic untuk memahami realitas social para idealis. Kehidupan social dipandang sebagai kreativitas bersama individu-individu. Kemudian, dunia social daingap tidaklah statis tetapi dinamis (Popper, 1980). Paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa realitas itu bersifat ganda dan kompleks, satu sama lainnya saling berkait sehinga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat holistic (Patton, 1980).
            Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualiatif dan kuantitatif bukan hany sekedar dibedakan dalam cara pengumpulan dan pengolahan datanya, malinkan keduanya berbeda secara konseptual dalam "melihat dunia". Paradikma kuantitatif melihat dunia sebagai suatu kebulatan (holistik). Artinya, pendekatan kuantitatif berasumsi dengan mengamati perilaku tampak (surface behavior) dan ucapan untuk mengambarkan manusia dan dunianya, sedangkan kualitatif berasumsi bahwa pemahaman tingkah laku manusia tidak cukup hanya dengan surface behavior, melainkan  juuga prespektif dalam diri dari perilaku manusia untuk memperoleh gambaran utuh tentang manusia dan dunianya.
            Ringkasnya, paradigma kuantitatif bercirikan: (1) positvistik; (2) hipotetik deduktif; (3) surface behavior; dan (4) partikularistik. Sedangkan paradigma kualitatif bercirikan : (1) fenomenologi; (2) induktif; (3) inner behavior; dan (4) holistik.

Perkembangan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
            Pada abad ke-17 orang masih berpandangan bahwa apa yang terjadi bersifat alamiyah. Masa itu disebut sebagai masa pra-positivisme. Pada abad ke-18 dengan ditandai oleh David Hume (sekitar 1770) yang berpandangan bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, sehingga timbul metode ilmiyah yang selanjutnya ditemukan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip umum tentang dunia nyata baik dalam ilmu alam maupun dalam ilmu sosial. masa itu disebut sebagai masa positifisme. Menurut padangan ini realitas dapat dipecah menjadi bagian-bagian. Hukum yang berlaku bagi bagian kecil juga berlaku bagi keseluruhan.
            Nasution (1988) memberikan ciri-ciri pandangan positifisme, antara lain: (1) logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif akan dapat dicari hubungan diantara berbagai variabel; (2) mencari hukum universal yang dapat mengikuti semua kasus walaupun dengan pengolahan statisktik dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampling untuk mencari generalisasi; (3) netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrument yang valid dan reliabel.
Pandangan positifisme ini dalam bidang penelitian dikenal sebagai pandangan kuantitatif (Nasution, 1988; Faisal, 1990). Dalam bidang penelitian, pendekatan pada mulanya didominasi oleh pendekatan kuantitaif sebagai warisan kerangka yang melahirkan teori-teori agung (grand theories) pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pendekatan kuantitatif dianggap sebagai metode yang memenuhi syarat keilmiyahan baik dalam penelitian ilmu alam maupun ilmu sosial (Nasution, 1988).
Sekitar tahun 1950-an dan 1960-an beberapa pakar penelitian mulai meragukan pendekatan positifisme dalam penelitian ilmu sosial (Kartodirdjo, 1990), seperti kritik Cherns (1972) yang menyatakan bahwa data statistic hanya dapat mendeskripsikan fenomena yang telah diakui. Tetapi statistic tidak dapat membuat prediksi fenomena baru atau fenomena yang sedang berubah. Rich (1979) juga mengkritik pandangan positifisme yang menyatakan bahwa penelitian dan hasil penelitian bebas dari sistem nilai-nilai atau bias, bebas dari pengaruh orang yang mengamatinya.
Gerakan yang mengkritik pendekatan positifisme ini disebut sebagai post-positifisme. Oleh karena penelitian ini dilakukan dalam situasi wajar atau dalam latar alami (natural setting) maka metodenya disebut metode naturalistic. Disamping itu, metode ini dalam pengumpulan datanya bersifat kualitatif sehingga disebut pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Perbandingan Antara Pendekatan Kuantitatif Dengan Kualitatif
            Burges (1985) menyarankan untuk tidak mempertentangkan secara tajam pendekatan kuantitatif dengan kualitatif walaupun banyak perbedaannya. Untuk mengetahui frekuensi distribusi atau korelasi yang relefan adalah pendekatan kuantitaif, sedangkan untuk masalah sosial tertentu sering kali metode kualitatif lebih serasi.
Berdasarkan pemeikiran diatas, bagi peneliti pemula dalam penelitian kualitatif sangat perlu memiliki pemahaman dan studi banding antar pendekatan kuantitaif dengan kualitatif.



(1) Nasution (1988) membandingkan pendekatan kuantitaif dengan kualitatif
Positivisme / Kuantitatif
Post –Positifisme / Kualitatif
  1. Mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya.
  2. Bersifat atomistic, memecahkan kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antar variabel yang terbatas.
  3. Bertujuan mencapai generalisasi guna mempredijksi.
  4. Bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji hipotesis.
1.      Mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam.
2.      Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba untuk memperoleh pemahaman yang holistic.
3.      Memahami makna (Meaning) atau Verstehen.
4.      Memandang hasil penelitian sebagai spekulatif

(2) Bogdan dan Biklen (1982), hal. 45 – 48), membandingkan karakteristik pendekatan kualitatif dengan kuantitatif

KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KUALITATIF
KUANTITATIF
Frase-frase yang berkaitan dengan
pendekatan
- etnografis                - observasi terlibat
- kerja lapangan        -  fenomenologis
- data lunak               - sekolah Chicago
- interaksi simbolik    - dokumenter
- perspektif dalam     - riwayat hidup
- naturalistik              - studi kasus
- etnometodologis     - ekologis
- deskriptif 
Konsep kunci berkaitan dengan                          
pendekatan
- makna                    - pemahaman
- pemahaman            - proses
  akal sehat               - tatanan negosiasi   
- menggolongkan      - untuk maksud
- definisi situasi         - konstruksi sosial
- kehidupan sehari
  hari                            
Frase-frase yang berkaitan dengan pendekatan
- Eksperimen             - positivis
- data keras                - fakta-fakta social
- perspektif luar         - statistik
- empiris




Konsep kunci berkaitan dengan pendekatan
- variable                       - validitas
- mengoperasionalkan   - signifikan
                                         secara statistik
- reliabilitas                   - replikasi
- hipotesa

- data keras                - fakta-fakta social-
Nama-nama yang berkaitan dengan pendekatan
- Max Weber              - Herbert Blumer       
- Charles Horton        - W.I. Thomas
  Cooley                     - Everett Hughes
- Harold Garfinkel      - Erving Goffman
- Margaret Meal         - Harry Wolcott
- Anselm Strauss        - Rosalie Wax
- Eleanor Leacock     - George Herbert
                                    Mead
- Howard S. Becker  - Barney Glaser
- Estelle Fuchs           - Hugh Mehan
Nama-nama yang berkaitan dengan
Pendekatan
- Emile Durkheim    - Fred Kerlinger
- Lee Cronbach     - Edward Thomdike
- L. Guttman           - Fred Mc. Donald
- Gene Glass           - David Krathwohi
- Robert Travers     - Donald Campbell
- Robert Bales        - Peter Rossi

Afiliasi teoritis
- interaksi simbolik  - kultur/kebudayaan
- etnometodologos  - idealisme
- fenomenologis

Afiliasi teoritis
- fungsionalisme            - empirisme logis
  struktur                      - teori sistem
- realisme, positivisme                       
- behaviorisme
Afiliasi akademis
- sosiologi                           - antropologi
- historis
Tujuan
- mengembangkan konsep sensitif
  (sensitizing)
- mendeskripsikan realitas yang banyak 
  segi
- teori grounded
- mengembangkan pemahaman
Afiliasi akademis
- psikologi                         - sosiologi
- ilmu ekonomi        - ilmu politik
Tujuan
- menguji teori         - menunjukkan
                                 hubungan antar
                                 variabel         
- membentuk fakta  - prediksi
- deskripsi statistik
Disain
- berkembang,         - disain memberikan
  lentur,                       firasat bagaimana
  rampat (umum)         Anda melangkah
Disain
- struktur, ditetapkan  - disain merupakan
   terlebih dahulu, for      rencana kerja
   mal spesifik                 yang rinci
Manulis Proposal Penelitian
- singkat                      - Tinjauan pustaka
- spekulatif                     yang substantif
- menunjukkan bidang    tidak panjang
   yang relevan untuk       lebar
   di teliti
- sering ditulis setelah
   ada data terkumpul
Metode Proposal Penelitian
- panjang lebar             - memulai tinjauan
- fokus rinci &                pustaka yang
  spesifik                        substantif
- prosedur rinci &       - prioritas
  spesifik                       penulisan pada
                                    pengumpulan
                                    data
                                  -hipotesa dinyatakan
Data
- deskriptif     - kata-kata orang sendiri
- dokumen pribadi   - dokumen resmi
                                         dan artifak
- catatan lapangan           - foto
Data
- kuantitatif                - variable operasional
- koding yang dapat   - statistik
  dikuantifikasi            - bilangan, ukuran
Sampel
- kecil                       
- sampling teoritis
- nonrepresentatif
Sampel
- besar                           - dipilih secara 
                                        random
- berstrata                      - kontrol untuk
                                        variabel luar
- kelompok kontrol        - tepat/cermat
Teknik atau metode
- observasi
- tinjauan berbagai dokumen
  dan artifak
- wawancara terbuka
- observasi partisipasi
Teknik atau metode
- eksperimen
- penelitian survey wawancara terstruktur
- kuasi eksperimen
- observasi terstruktur
- himpunan data
Hubungan peneliti dengan subyek
- empati, akrab
- hubungan rapat
- menekankan kepercayaan subyek seba
  gai sahabat
- persamaan
Hubungan peneliti dengan subyek
- ada pembatasan
- jangka pendek
- tidak tinggal bersama
- ada jarak
- subyek-peneliti
Instrumen dan alat
- tape recorder
- peneliti sering merupakan satu-satunya 
  instrumen
- transkrip
Instrumen dan alat
- inventori      - komputer
- angket         - skala
- indeks         - skor tes
Analisa data
- berkelanjutan           - induksi analitis
- model, tema,    - metode komparatif
  konsep                       konstan
- induktif
Analisa data
- deduktif
- dikerjakan selesai pengumpulan data
- statistik
Masalah dalam penggunaan pendekatan
- memakan wakt - prosedur tidak baku
- sulit mereduksi data - sulit menstudi
                                       populasi besar
Masalah dalam penggunaan pendekatan
- mengontrol                   - sifat memaksa
  variabel lain
- reifikasi                       - validitas

(3) Guba dan Lincoln (1981, hal. 62 – 82) membandingkan penelitian kualitatif dengan kuantitatif sebagai berikut:

Perbedaan Paradigma Ilmiyah dan Alamiyah

POSTER TENTANG
PARADIGMA
SAINTIFIK
NATURALISTIK
1. Teknik yang digunakan
2. Kriteria kualitas
3. Sumber teori
4. Persoalan kausalitas

5. Tipe pengetahuan yang di
    gunakan
6. Pendirian
7. Maksud
Kuantitatif
Ketat (Rigor)
A Priori
Dapatkah X Menyebabkan Y

Proporsional

Reduksionis
Verifikasi
Kualitatif
Relevansi
Dari dasar (grounded)
Apakah X menyebabkan Y dalam latar alamiah
Proposional yang diketahui bersama
Ekspansionis
Eksplansionis



KARAKTERISTIK METODOLOGIS
1. Instrumen

2. Waktu penetapan pengum
    pulan data & analisis
3. Disain
4. Gaya
5. Latar
6. Perlakuan
7. Satuan kajian
8. Unsur kontekstual
Kertas-pensil atau alat fisik
lainnya
Sebelum penelitian

Pasti (preordinat)
Intervensi
Laboratorium
Stabil
Variabel
Kontrol
Orang sebagi peneliti

Selama dan sesudah pengumpulan data
Muncul berubah
Seleksi
Alam
Bervariasi
Pola-pola
Turut campur atas undangan

(4) Fry (1981, hal. 145 – 158) membandingkan antara paradigma kuantitatif
dengan kualitatif :

Perbandingan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
Menganjurkan penggunaan metode kualitatif

Fenomenologisme dan verstehen dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference actor itu sendiri

Observasi tidak terkontrol dan naturalistik

Subyektif

Dekat dengan data; merupakan perspektif
"insider"

Grounded, orientasi diskoveri, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif dan induktif

Orientasi proses

Valid: data "real," "rich" dan "deep"

Tidak dapat digeneralisasi; studi kasus tunggal

Holistik

Asumsi realitas dinamik
menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
logika-positivisme; "melihat fakta atau kausal fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu


pengukuran terkontrol dan menonjol

Obyektif

Jauh dari data; data merupuakan perspektif "outsider"

Tidak grounded, orientasi, verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan deduktif-hipotetik

Orientasi hasil

Reliabel:data dapat direplikasi dan "hard"

Dapat digeneralisasi: studi multi kasus


Partikularistik


Asumsi realitas stabil


            Perbandingan konsep keempat tokoh di atas merupakan suatu indikasi bahwa kedua pendekatan kualitatif dan kuantitatif berbeda, baik dalam pandangan dasar keilmuannya maupun dalam teknik-teknik yang digunakan. Kubu kualitatif melihat bahwa penelitian kuantitatif bersifat tohor, cetek dan kurang validitasnya. Sementara kubu kuantitatif melihat penelitian kualitatif tidak representatif, impresionistik, tidak reliabel dan subyektif.

Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan Keagamaan
A. Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sosial
           
Mekipun pendekatan ilmu alam dengan ilmu sosial meiliki sifat yang umum, sistematik dan memiliki dalil tertentu tentang hubungan manusia, tetapi dalam beberapa hal pendekatan ilmu sosial tidaklah sama dengan pendekatan ilmu alam. Ilmu alam lebih tua, mantap, cukup trampil dan mempunyai unit pengukur yang sempurna dibandingkan dengna ilmu sosial. Masalah ilmu sosial dalam penelitian adalah tidak mungkinnya melakukan eksperimentasi yang jelas terhadap fenomena-fenomena sosial, dengan melakukan replikasi dan kontrol yang tepat. Kesulitan lain, peneliti sosial kurang mampu memprediksi dalam membuat ramalan terhadap masalah sosial.
            Perbedaan antara ilmu alam dan ilmu sosial, menurut Kartodirdjo (1993) juga terjadi dalam ilmu kemanusiaan (humaniora). Sekitar abad ke-19 di Jerman, timbul golongan neo-Kantianis yan dipelopori oleh Rickert, Windelband dan Dilthey. Mereka berpendapat bahwa ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan berdiri sendiri-sendiri, yang digambarkan dalam skema beriku:
                       Ilmu Alam
                Ilmu Kemanusiaan
1.   nomothetis
2.   generalisasi
3.   deskriptif-analitis
4.   eksplanasi
5.   kuantitatif
6.   obyektif
1.   ideografis
2.   keunikan
3.   deskriptif-naratif
4.   interpretasi
5.   kualitatif
6.   subyektif

            Antara ilmu humaniora (subyektif) dan ilmu alam (obyektif), kedudukan ilmu sosial mengambil tempat di tengahnya. Kartodirdjo (1993) melihat ada kecenderungan ilmu sosial dalam mengkaji tindakan (action) dan kelakuan (behavior) menunjukkan keteraturan, keajekan, sehingga mengamati pola, struktur, lembaga, kecenderungan mirip dengan hukum-hukum. Miles dan Huberman (1984) mengakui bahwa penelitian ilmu-ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu alam, sehingga metode kuantitatif dianggap sebagai yan paling tepat, tetapi mereka juga menegaskan bahwa data kualitatif telah berkembang dan menjadi bahan utama dalam ilmu sosial tertentu, seperti antropologi, sejarah dan ilmu politik, karena datanya merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka.
            Penelitian kaulitatif sendiri mempunyai pengaruh besar dalma penelitian sosiologi dan antropologi sejak dikembangkan jenis penelitian grounded (grounded research) di Amerika Serikat oleh Glaser dan Strauss (1967). Beberapa pakar ilmu sosial dan humaniora yang mengembangkan pendekatan kualitatif, di antaranya: (1) Denoon (1991) yang mengembangkan metode oral history; (2) Bogdan dan Taylor (1973) tentang strategi ilmu sosial; (3) Sherman dan Webb (1988) tentang strategi kualitatif dalam penelitian pendidikan; (4) Spradley (1980) dalam antropologi dan sosial; (5) Kuntjoroningrat (1977) dalam antropologi.

Pendekatan Kualitatif dalam Keagamaan
            Adanya pengelompokkan dalam ilmu-ilmu agama (Islam) mengindikasikan bahwa kompleksitas permasalahan agama demikian rumitnya dan terinci, sehingga menjadi salah satu penyebab kekurangmantapan dalam penelitian, dibandingkan dengan penelitian ilmu-ilmu alam. Tim Studi Purna Sarjana IAIN (1975-1976) merumuskan subject matter penelitian agama yang terdiri dari: (1) pokok-pokok ajaran agama atau wahyu; (2) hasil-hasil pemikiran filosofis dalam agama, hasil-hasil ijtihad; (3) tingkah laku keagamaan umat beragama; dan (4) sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pemikiran kehidupan agama. Selanjutnay Abdullah (dalam Abdullah & Karim, 1989) menawarka subject matter dan metodenya sebagai berikut: (1) doktrin dan pemikiran agama dengan metode filologi, kritik teks, ilmu filsafat dan sejarah; (2) struktur dan dinamika masyarakat yang "dibentuk" oleh agama dengan metode ilmu-ilmu sosial (sosiologi, antropologi dan sejarah) yang lebih bersifat kualitatif; dan (3) sikap pemeluk terhadap agamanya dengan metode kualitatif atau kuantitatif, atau dua-duanya secara bersamaan.
            Rumitnya penelitian agama dan tawaran metodologisnya yang dmikian kompleks disebabkan agama merupakan nilai insaniyah (hasil budaya manusia) dan nilai ilahiyah (wahyu Allah). Dengan kata lain, metodologi penelitian agama dibagi pada kawasa aqli (produk budaya manusia) da kawasan naqli (wahyu Allah). Sedangkan Durkheim dan pengikutnya membagi kajian agama antara keyakinan dan pengamalan (beliefs and practices).
            Selanjutnya Rakhmat (dalam Abdullah & Karim, 1989) mengembangkan penelitian agama dengan tiga paradigma: ilmiah, akliah/logika dan irfaniah (mistikal).

Bidang kajian
Ajaran
                              Dimensi keagamaan
Paradigma
Ideologis
Intelektual
Eksperensial
Ritualistik
Konsekuensial
Ilmiah
Akliah
Irfaniah
    X
    X
    X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
      X
     X
     X
     X


            Metode ilmiah dan akliah dapat didekati dengan metode positivistik atau naturalistik, sedangkan metode irfaniah didekai dengan metode tasawuf melalui Takhliah, Tahliah, Tajliah, Riyadhoh, Thariqoh dan Ijazah. Karena metode irfaniah mengkaji aspek esoteric (batiniah), maka Rakhmat tidak menjamin keilmiahan dari kajian ini. Namun demikian, Simuh (dikutip Amin, 1992) menawarkan pendekatan verstehen dan fenomenologi dalam kajian ilmu tasawuf atau model irfaniahnya Rakhmat.
            Penelitian keagamaan dengan pendekatan kualitatif dapat dikaji lewat tulisan Muhadjir (1988) yang memilah studi agama dalam tiga pendekatan, yaitu: pendekatan teologik, antropologik dan fenomenologi. Pendekatan teologik dalam kajian agama bertolak dari wahyu sebagai kebenaran mutlak (doktrin, criteria kebenaran, postulat, aksioma dan premis mayor) dalam menguji kebenaran sejumlah empirik. Pendekatan antropologik mendudukan agama sebagai gejala sosial dan psikologis di mana pendekatan antropologik itu mengakui empat kebenaran empirik, yaitu: empirik sensual (melalui indra dalam menangkap gejala), empirik logik (ketajam pikiran), empirik etik (akal pikiran dan hati nurani) dan empirik transendental (hati nurani dan keimanan).
            Kajian metodologi penelitian keagamaan ternyata masih memerlukan pemikiran serius untuk dapat eksis sebagai metodologi baku, utamannya dengan tawaran pendekatan kualitatif. Penelian kualitatif yang sudah dilakukan oleh para ahli dalam bidang keagamaan di antarannya: (1) Geertz (1960), dalam Religion of Java; (2) Dhofier (1982) tentang pandangan hidup Kyai; (3) Van Bruinessen (1983) tentang pendidikan pondok pesantren dan tarekat Naqsyabandiyah; (4) Horikoshi (1985) tentang perubahan sosial keagamaan.

KEPUSTAKAAN
Abdullah, T. & Karim, M.R. (ed) (1989), Metodologi Penelitian Agama: Sebuah   Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Ali, A.M, (1990), Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Abdullah, T., & Karim, M.R. Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 41-57
Amin, M.M, (1992) Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengatahuan Agama Islam, Jurnal Penelitian Agama, No. 2, September-Desember, Yogyakarta: Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijogo, 28-33
Aminuddin, (ed) (1990) Penelitia Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra,  Malang: HISKI dan YA3
Arifin, I. (1993) kepemimpinan Kyai: Kasus Pesantren Tebuireng , Malang: Kalimasahada Press
--------- , (1993) Dabus: Ilmu Kekebalan dan Kesaktian dalam Tarekat Rifa`iyah: Kasus Pesantren Nurul Haq. Malang: Kalimasahada Press
---------, (1994) Mengkomunikasikan Penelitian Melalui Penyusunan Usulan Penelitian, Laporan Penelitian dan Karya Ilmiah. Makalah Diklat Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah.9-10 Juli 1994. Malang: Senat Mahasiswa Fakultas Teknis Unisma
Black, J.A., & Champion, D.J. (1992) Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Eresco
Bogdan,R.C., & Biklen, S.K. (1982) Qualitative Research for Education: an Introduction to Theory and Method. Boston: Allyin an Bacon, Inc
Bogdan, R.C., & Taylor, S.J. (1973) Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach to the Social Sciences. NewYork: John Wiley & Sons
Burgess, R.G. (1985) Strategies Educational Research Qualitative Methods. London: The Falmer Press
Danandjaja, J. (1985) Petani Desa Trunyan- Bali. Jakarta: LP3ES
---------,  (1986) Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti Prss
Denzin, N.K., & Lincoln, Y.S. (ed). (1994) Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, California: SAGE Publication, Inc
Douglas, J.D. (1976) Investigative Social Research. Baverly Hill: SAGE Publication, Inc
Fry, G. (1981) Merging Quantitative and Qualitative Research Techniques. Antropology & Education Quarterly. No. 2, 145-158
Geertz, C. (1960) The Religion of Java. Glencoe: The Free Press
Guba, E.G. (1978) Toward and Methodology of Naturalistic Inquiry in EducationEvaluation. Monograp No. 8 Los Angeles: CSE, UCLA
Jakti, D.K. (1986) Kemiskinan di Indonesia, Jakarta: Yayasan obor Indonesia.
Kartodirdjo, S. (1990) Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial. MAkalah Seminar Nasional Penelitian Kualitatif Ilmu Humaniora dan sosial, 28-29 Desember 1990. Surakarta: UNS
Koentjaraningrat, (1989) Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
------------,  (1980) Metode Wawancara, Jakarta: Gramedia
Lewis, O.(1959) Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty, New York: Basic Books, Inc
Lincoln, Y.S., & Guba, E.G. (1985) Naturalistic Inquiry. Beverly Hill: SAGE Publication, Inc
Lucas, A.E. (1989) Peristiwa tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi. Jakarta Grafiti Press
Mantja, W. (1990) Supervisi Pengajaran: Kasus Pembinaan Profesionalguru SDN Budaya Etnik Madura di Kraton. Disertasi tidak dipublikasikan Malang: FPS IKIP Malang
Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1984) Qualitative Data Analysis. Beverly Hill: SAGE Publication, Ltd
Moleong, L. J. (1989) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
Muhadjir, N. (1989) Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Murray, A. J. (1991) No Money, No Honey: A Study of Street Traders and Prostitutes in Jakarta.  Singapore: Oxoford University Press, Pte. Ltd
Nagazumi, A. (1986) Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Nasution, S. (1989) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito
Noer, D. (1982) Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES
Patton, M.Q. (1980) Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hill: SAGE Publication, Inc
Rakhmat, J. (1989) Metodologi Penelitian-Agama. Dalam Abullah, T., & Karim, M.R. Metodology Penelitian Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana 91-96
Rist, R.C. (1977) On the Relation among Educational Research Paradigmas: From Disdain to Détente. Antroplogy & Education Quarterly, No. 8 42-49
Shaeffer, S.F. (1979) Schooling in a Developing Society: a Case Study of Indonesian Primary Education. Dissertationof Stanford University
Sherman, R.R., & Webb, R.B. (1988) Qualitative Research in Education: Focus and Methods. London: The Falmer Press
Soegianto, S. (1989) Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Makalah Penataran Penelitian Dosen IKIP Surabaya. Surabaya: Pusat Penelitian IKIP Surabaya
Sonhadji, K.H. (1994) Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Makalah Loka Karya Penelitian Ilmiah Mahasiswa Ikaha Tebuireng. 25 Mei-11 Juni 1994, Jombang: Senat Mahasiswa Ikaha Tebuireng
Spradley, J.P.(1980) Participant Observation. New York: Holt, Rnehart and Winston
Sumardi, M.(1982) Penelitian Agama: Masalah dan Pemikiran Agama. Jakarta: Sinar Harapan
Sunyoto, A., & Arifin., I (1996) Darul Arqam: Gerakan Mesianik Bangsa Melayu. Malang: Kalimasahada Press
Sunyoto, A., MAksum & Zainuddin (1990) Pemberontakan PKI Madiun 1948, Jakarta: Grafiti Press
Sutopo, H.B (1990) Kritik Seni Sebagai Pendekatan Penelitian Kualitatif. Makalah Seminar Nasional Penelitian Kualitatif Ilmu Humaniora dan Ilmu Sosial, 28-29 Desember 1990. Surakarta: UNS
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar