Selasa, 15 November 2011

PURNAMA BERLALU

Taburan bintang setia pada sinarnya sendiri
Terserak seolah tercampak tangan Tuhan
Bertaburan di atas sana seakan tak beraturan
Bulan seperti enggan mengaku dirinya purnama
Bersembunyi di balik mega
Memberi tahtanya pada ribuan bintang tak bernama.
Gemuruh ombak menderu tak menentu
Lidah air menggelegak menghantam batu
Bertalu

Karang di depanku mengubah gelombang menjadi riak
Riak pun mendekati karang tempatku berdiri dan terus berlari melewati
Menghantam pantai berpasir
Menimbulkan desir di sepanjang pesisir.
Akukah karang itu?
Lautan membentang
Di atas karang
Di bawah gemintang bintang
Di malam tanpa purnama yang benderang
Aku masih terdiam
Untuk kemudian mengerang: Sendiri
Berdiri di puncak karang ini
Dihantam ribuan gelombang
Aku berdiri!
Percikan air membasuh wajahku
Bisakah diriku setegar karang itu?
Atau karang tempatku berdiri ini?
Gelisah menghembus dalam resah nafasku
Melayang terbawa angin
Angin yang melayang pelan diselipi deru
Siapa aku?
Apakah yang kudapat dari semua itu?
Resah hatiku kian menekan
Gelisahku kian tertelan
Dan bayang itupun datang tanpa diminta
Hadir dalam diriku tanpa menyapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar