Banyak
orang pasti mengenal Plato. Dialah seorang filosof Barat yang paling populer
dan dihormati di antara filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal
bagi perkembangan filsafat dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427
SM, pada masa akhir zaman keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles
berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling
terpandang di Athena.
Ayahnya,
Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah
keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang
demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup
dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan
dingin.
Pemikiran
filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah mengajarinya
selama 8 tahun. Hingga saat sang guru diadili dan dihukum, ia masih berusia 28
tahun. Setelah Socrates meninggal pada tahun
399 SM, karena terancam jiwanya akibat perang saudara kaum aristokrat dan kaum moderat serta diliputi kesedihan sepeninggal gurunya, Plato meninggalkan Athena bersama sahabat-sahabatnya. Mulai saat itulah ia melakukan perjalanan ‘filosofi’ ke berbagai kota. Hingga saat ia kembali ke Athena, ia membeli beberapa lahan di luar benteng kota Athena yang dikenal dengan nama Grove of Academus (Hutan Academus). Di sinilah awal dari tumbuhnya sekolah yang terkenal yang dinamakan Akademi. Akademi ini merupakan cikal bakal universitas Abad Pertengahan dan Abad Modern yang selama 900 tahun menjadi sekolah yang mengagumkan di seluruh dunia.
399 SM, karena terancam jiwanya akibat perang saudara kaum aristokrat dan kaum moderat serta diliputi kesedihan sepeninggal gurunya, Plato meninggalkan Athena bersama sahabat-sahabatnya. Mulai saat itulah ia melakukan perjalanan ‘filosofi’ ke berbagai kota. Hingga saat ia kembali ke Athena, ia membeli beberapa lahan di luar benteng kota Athena yang dikenal dengan nama Grove of Academus (Hutan Academus). Di sinilah awal dari tumbuhnya sekolah yang terkenal yang dinamakan Akademi. Akademi ini merupakan cikal bakal universitas Abad Pertengahan dan Abad Modern yang selama 900 tahun menjadi sekolah yang mengagumkan di seluruh dunia.
Selama
sisa hidupnya ia tidak menikah, waktunya selama 40 tahun banyak dihabiskan
untuk mengajar dan menulis di Akademi. Walau setelah 20 tahun mengajar ia
sempat ke Syracuse, untuk mendidik raja muda, Dionisius II menjadi seorang raja
filosof, yakni filosof yang menjadi raja atau raja yang belajar filsafat. Ini
berkaitan dengan misi hidupnya mencapai cita-cita bagi perkembangan filsafat
sejati dan pendidikan bakal raja filosof di Akademi. Baginya raja dengan
pengetahuan yang baik akan mampu mengetahui kebenaran, keadilan sejati sehingga
mampu menjalankan pemerintahan terbaik. Sebuah cita-cita yang di suatu masa di
kemudian hari banyak memberi pengaruh terhadap raja-raja Eropa. Selepas itu ia
kembali ke Akademi hingga meninggal dunia pada tahun 348 SM dalam usia 80
tahun.
Teori
Idea
Plato memandang bahwa kehidupan ideal adalah kehidupan pikir, harmoni adalah idealitas jiwa manusia. Artinya bahwa akal sebagai dasar, pengendali, pengatur bagi setiap pemahaman. Ia seorang rasionalis seperti halnya Socrates. Realitas pada dasarnya terbagi ke dalam realitas yang dapat ditangkap oleh indera (kasat mata) dan realitas yang hanya dapat dipahami oleh akal. Segala yang nyata dalam alam bersifat mengalir, dapat hancur, dapat terkikis oleh waktu, karena terbuat dari materi yang dapat ditangkap oleh indera. Ini dikenal dengan sebutan dunia materi.
Plato memandang bahwa kehidupan ideal adalah kehidupan pikir, harmoni adalah idealitas jiwa manusia. Artinya bahwa akal sebagai dasar, pengendali, pengatur bagi setiap pemahaman. Ia seorang rasionalis seperti halnya Socrates. Realitas pada dasarnya terbagi ke dalam realitas yang dapat ditangkap oleh indera (kasat mata) dan realitas yang hanya dapat dipahami oleh akal. Segala yang nyata dalam alam bersifat mengalir, dapat hancur, dapat terkikis oleh waktu, karena terbuat dari materi yang dapat ditangkap oleh indera. Ini dikenal dengan sebutan dunia materi.
Sedangkan
ada realitas di balik dunia materi yang di dalamnya tersimpan pola-pola yang
kekal dan abadi tak terkikis oleh waktu yang dikenal dengan dunia ide. Dunia
ide ini hanya dapat ditangkap oleh akal. Dunia ide inilah dunia yang
sebenarnya. Dalam analogi mitos gua Plato, realitas yang sebenarnya berada di
dunia terang di luar gua, bukan bayang-bayang dinding gua dari benda yang
sebenarnya. Fenomena alam hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang
kekal.
Ide
Kebahagiaan
Boleh dikatakan bahwa Plato memandang akal sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan mengenai segala sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan, ide kebahagiaan dan ide keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal, bukan kesenangan karena kesenangan hanyalah sekadar memuaskan nafsu badaniah semata. Lalu dari mana kebahagiaan terbentuk?
Boleh dikatakan bahwa Plato memandang akal sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan mengenai segala sesuatu idea dalam realitas, seperti ide kebaikan, ide kebahagiaan dan ide keadilan. Ide kebaikan tertinggi manusia adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang bersifat absolut, abadi dan kekal, bukan kesenangan karena kesenangan hanyalah sekadar memuaskan nafsu badaniah semata. Lalu dari mana kebahagiaan terbentuk?
Dalam
konsep Plato, dibandingkan dengan makhluk lain, manusia mempunyai esensi atau
bentuk yang tidak sederhana, akan tetapi manusia tersusun dari beberapa elemen
yang mengimbangi berbagai kapasitas atau fungsi lainnya. Kemampuan untuk
berpikir merupakan kapasitas dan fungsi yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Elemen akal ini merupakan hal yang paling penting. Elemen lainnya
terdiri dari nafsu badaniah, yakni hasrat dan kebutuhan dan elemen rohani yang
terungkap dalam bentuk emosi, seperti kemarahan, ambisi, kebanggaan,
kehormatan, kesetiaan, dan keberanian.
Ketiga
elemen tersebut yang terdiri dari akal, rohaniah dan nafsu badaniah disebut
dengan jiwa tripartit. Rasa kebahagiaan manusia sebagai kebaikan tertinggi
bersumber dari sifat-sifat alaminya yang berfungsi sebagai penyeimbang dari
pemenuhan kebutuhan ketiga elemen yang membentuk manusia. Oleh karena itu,
karena memiliki jiwa tripartit inilah maka kebaikan tertinggi bagi manusia adalah
rasa tenteram atau kebahagiaan. Kebahagiaan didapat dari tiga pemenuhan tiga
bagian jiwa di bawah aturan dan kendali akal. Dari ketiga elemen tersebut
penggunaan akal sebagai sarana berpikir adalah yang paling penting dalam
esensinya sebagai manusia. Dalam hierarki berada pada tingkat tertinggi. Nafsu
badaniah berada pada tingkatan paling rendah, sedangkan elemen rohaniah berada
pada tingkatan menengah. Inilah yang dikenal sebagai teori diri atau
kepribadian tripartit milik Plato.
Harmoni
Tripartit
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh dihilangkan atau diabaikan salah satunya dalam mencapai kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan pemenuhan di antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks. Dan jika setiap elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan perannya masing-masing sesuai dengan bangunan diri, maka kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak dan mengalami keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen rasional dan tak rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena berkaitan dengan sikap moral, moralitas seseorang.
Dengan demikian dari ketiga elemen tidaklah boleh dihilangkan atau diabaikan salah satunya dalam mencapai kebahagiaan. Harmoni atau keseimbangan pemenuhan di antaranya dengan akal sebagai pengarah rohani dan nafsu maka seseorang bisa memuaskan sifat alami manusia yang kompleks. Dan jika setiap elemen mampu berfungsi dalam kapasitas dan perannya masing-masing sesuai dengan bangunan diri, maka kehidupan orang seperti ini bisa dikatakan bijak dan mengalami keadilan jiwa. Penggabungan kepribadiannya menjadi ketenteraman dan kebahagiaan. Keharmonian di antara elemen rasional dan tak rasional jiwa inilah yang harus dipahami, karena berkaitan dengan sikap moral, moralitas seseorang.
Sebagai
gambaran misalkan ketika fungsi-fungsi akal terpenuhi sebagai pengendali elemen
jiwa lain, maka akal akan menampilkan kebajikannya, yakni dalam bentuk
kebijaksanaan. Pada saat elemen roh menunjukkan fungsi kebencian, ambisi,
maupun heroiknya dalam batas-batas tertentu, maka elemen ini menunjukkan bentuk
keberanian. Berani dalam cinta, perang, maupun dalam persaingan. Elemen nafsu
yang menampilkan fungsinya secara benar, maka akan menunjukkan kebajikan
karakternya, yakni kendali diri. Yakni dengan menjaga kepuasan jasmaniah pada
batas-batasnya. Keseimbangan ketiga karakter kebajikan tersebutlah yang mampu
mengantar pada ide kebahagiaan.
Plato
menganalogikan dengan jelas tentang fungsi dan peran ketiga elemen dengan
analogi lain. Misalkan elemen akal adalah manusia, elemen roh adalah singa, dan
elemen nafsu badaniah adalah naga berkepala banyak. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana cara membujuk singa agar membantu manusia menjaga naga hingga tetap
dapat diawasi? Tentu saja dengan peran sebagai ‘pawang’ manusia harus mampu
menjaga harmoni serta mengendalikan singa dan naga. (Mat/dari berbagai sumber)
from
: http://www.erabaru.or.id/k_10_art_11.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar